UPAYA
MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN NKRI
Indonesia
merupakan salah satu negara yang memiliki banyak sekali kelebihan–kelebihan
salah satu nya dalam letak geografis nya yang sangat strategis, indonesia
berada di antara dua samudra besar yaitu samudra Hindia dan samdra Pasifik, di
apit oleh dua benua yaitu benua asia dan benua australia. Dilihat dari letak
geografisnya Indonesia indonesia memiliki banyak keuntungan contohnya dapat
dipermudahkan dalam segala bidang contohnya perdagangan, politik, pertahanan
dan hubungan internasional. Namum Indonesia juga dapat dengan mudah mendapatkan
ancaman-ancaman yang dapat mengganngu keutuhan Indonesia.
Letak geografis Indonesia yang strategis memiliki
potensi ancaman yang kedepannya akan semakin kompleks. Sementara itu, di sisi
lain stabilitas keamanan nasional belum kuat. Indonesia masih mengalami
masa-masa transisi dan konsolidasi (politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
pertahanan keamanan) menuju negara yang demokratis. Bentuk ancaman terhadap
kedaulatan negara yang terjadi saat ini makin bersifat multidimensional seiring
dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, dan
komunikasi, Oleh karena itu segenap bangsa Indonesia dituntut dapat mengatasi
setiap ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan, baik yang datang dari dalam
maupun luar negeri. Kedaulatan dan keutuhan NKRI merupakan harga mati, sehingga
upaya untuk tetap menjaga negara tetap utuh dan berdaulat menjadi sangat
penting.
Dalam artikel ini akan membahasa materi tentang faktor
- faktor apa saja yang dapat mempengaruhi keutuhan NKRI. Sebagai contoh faktor
yang dapat mempengaruhi adalah :
- Geografis/astronomis
- Religius/Agama/Keanekaragaman Agama
- Sejarah
- Ekonomi
- Hankam
Namun disini akan dijelaskan mengenai faktor Geografis
dan HANKAM.
Faktor Geografis
Seperti kita tahu bahawa letak geografis suatu wilayah
adalah keberadaan posisi wilayah tersebut sesuai dengan bentuk dan letaknya di
bumi. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas beberapa pulau
utama dan ribuan pulau kecil dan
terletak di kawasan Asia Tenggara Negara. Indonesia memiliki lebih kurang
17.000 buah pulau dengan luas daratan 1.922.570 km2 dan luas perairan 3.257.483
km2. Pulau utama di Indonesia antara lain: Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan
dan juga Irian. Jika didasarkan pada angka statistik, wilayah territorial
Indonesia didominasi lautan dengan perbandingan 4:1 dengan daratan. Meski
demikian, jika semua pulau di Indonesia digabungkan menjadi satu, maka ia akan
menempati urutan ke-15 negara terluas di dunia. Jika didasarkan pada letak
geografis Indonesia, maka ia termasuk ke dalam kawasan regional Asia Tenggara.
Letak geografis ini dianggap sebagian ahli sangat strategis sebab ikut
membentuk Indonesia sebagai salah satu Negara potensial di dunia. Sama seperti
letak astronomis, titik geografis memang berpengaruh banyak pada sebuah
wilayah. Lantas, apa pengaruh positif letak geografis terhadap Indonesia? Simak
uraian berikut ini.
Sebelum lebih jauh, terlebih dahulu kita harus
memahami apa yang dimaksud dengan letak geografis. Berbeda dengan letak
astronomis, letak geografis melihat sebuah wilayah dari letak nyatanya di
permukaan bumi. Sudut pandang geografis lebih menekankan sebuah titik
berdasarkan fenomena geografi yang melingkupi wilayah tersebut. Fenomenaa
geografis yang dimaksud antara lain pegunungan, sungai, lautan, samudera, benua
dan lain-lain. Lantas, bagaimana dengan letak geografis Indonesia?
Secara geografis, Indonesia diapit dua samudera
dan juga dua benua. Secara detil, pada bagian barat laut Indonesia berbatasan
dengan Benua Asia. Sedangkan pada bagian Tenggara, Indonesia berbatasan dengan
Benua Australia. Pada arah barat, wilayah Indonesia berbatasan dengan Samudera
Hindia dan sebelah timur laut berbatasan dengan Samudera Pasifik. Batas-batas
geografis ini memberi sejumlah pengaruh bagi Indonesia sebagai sebuah Negara
dengan kebudayaan yang beragam.
Pengaruh letak geografis Indonesia, antara lain
sebagai berikut :
Secara fisik, dengan letak geografis tersebut
Indonesia kemudian dilalui oleh angin monsoon atau muson. Angin ini berganti
arah sebanyak dua kali di dalam satu tahun. . Sekitar bulan Oktober-April angin
muson bertiup dari Asia ke Australia yang membawa banyak uap air dari Samudra
Pasifik sehingga menimbulkan musim hujan. Sekitar bulan April-Oktober angin
muson bertiup dari Australia ke Asia yang sedikit membawa uap air dari Samudra
Hindia sehingga menimbulkan musim kemarau. . Iklim yang dimiliki ini
menyebabkan Indonesia hanya mengenal dua musim yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Dengan kondisi iklim yang demikian itu menyebabkan beberapa produk
hasil bumi dan industri menjadi sangat spesifik sifatnya. Dengan demikian
diperlukan usaha untuk memanfaatkan keunikan produk Indonesia tersebut untuk
memenangkan persaingan di pasar lokal maupun dunia. Pengaruh musim tersebut di
atas menyebabkan Indonesia menjadi negara agraris. Pertanian di Indonesia maju
pesat dan banyak menghasilkan beras, jagung, sayur-sayuran, buah-buahan, karet,
kopi, gula, tembakau, dan lain-lain yang sangat berguna bagi kemakmuran dan
keberlangsungan penduduk Indonesia, secara ekonomi juga menjadi peluang untuk
berperan serta dalam perdagangan internasional.
Indonesia yang diapit dua benua dan juga dua
samudera, membuat wilayah Indonesia sangat strategis sebab dilalui oleh
persimpangan lalu lintas internasional di udara dan juga di laut, ,baik antara
perdagangan negara-negara industri dan negara-negara yang sedang berkembang.
Dengan kenyataan tersebut, Indonesia kemudian menjadi Negara yang potensi
perekonomiannya baik sebab Negara industri dan Negara berkembang menjadikan
Indonesia sebagai titik industri mereka.
Pengaruh letak geografis Indonesia lainnya menyentuh soal budaya. Kekayaan kultur di Indonesia tidak lepas dari kebudayaan Negara yang terletak di sekitarnya. Derasanya kebudayaan ini lambat laun memasuki proses asimilasi dan sebagai hasilnya Indonesia memiliki kebudayaan lain yang beragam dan khas. Serta wilayah Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau yang dipisahkan oleh selat dan laut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Kondisi tersebut juga melahirkan keanekaragaman bahasa, suku, agama, dan kebudayaan. Keragaman tersebut menjadi kekhasan dan daya tarik tersendiri bagi pihak-pihak luar serta memperkaya kebudayaan nasional. Keanekaragaman ini dapat menjadi sumber penerimaan negara andalan melalui industri pariwisata.
Letak Indonesia berpengaruh juga terhadap bidang
sosial. Letaknya yang strategis memudahkan bangsa Indonesia berhubungan dengan
bangsa-bangsa lain sehingga proses interaksi sosial lebih dinamis.
Keadaan
geografis Indonesia ini dapat menjadi suatu kekuatan dan kesempatan bagi
perkembangan perekonomian kita, dan sebaliknya dapat menjadi kelemahan dan
ancaman bagi perekonomian kita. Jika sumber daya yang ada di setiap pulau hanya
dinikmati oleh sebagian masyarakat saja. Demikian pula juga jika masih banyak
pihak luar yang secara ilegal mengambil kekayaan alam Indonesia di berbagai
kepulauan, yang secara geografis memang sulit untuk dilakukan pengawasan
seperti biasa. Dengan demikian dituntut koordinasi dengan pihak-pihak terkait
untuk mengamankan kepulauan Indonesia tersebut dari pihak-pihak yang tidak
berhak mendapatkannya.
Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan tambang dan seperti
telah sejarah buktikan, salah satu jenis tambang kita, yakni minyak bumi pernah
menjadikan negara Indonesia memperoleh dana pembangunan yang sangat besar,
sehingga pada saat itu target pertumbuhan ekonomi kita berani ditetapkan
sebesar 7,5 % ( masa Repelita II ). Meskipun saat ini minyak bumi tidak lagi
menjadi primadona dan andalan komoditi ekspor Indonesia, namun Indonesia masih
banyak memiliki hasil tambang yang dapat menggantikan peran minyak bumi sebagai
salah satu sumber devisa negara. Selain minyak bumi Indonesia juga memiliki
hasil tambang lain seperti biji besi, timah, tembaga, batu bara, gas bumi dan
lain-lain.
Letak Astronomis Indonesia
Letak
astronomis adalah letak suatu wilayah dipandang dari kedudukan garis lintang
dan garis bujur. Letak wilayah Indonesia dari segi astronomis adalah di antara
6ºLU- 11ºLS dan antara 95º BT- 141ºBT. Berdasarkan letak tersebut, Indonesia
memiliki iklim tropis. Dengan posisi wilayah Indonesia berada di antara garis
lintang dan garis bujur, maka wilayah Indonesia dilewati oleh garis
khatulistiwa. Garis khatulistiwa adalah garis khayal keliling bumi, terletak
melintang pada nol derajat yang membagi bumi menjadi dua belahan yang sama,
yaitu Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan. Beberapa tempat atau wilayah
Indonesia yang dilewati oleh garis khatulistiwa antara lain Bonjol (Sumatra
Barat), Pontianak (Kalimantan Barat), Tambu (Sulawesi Tengah), dan Halmahera
(Maluku). Letak astronomis wilayah Indonesia sangat berpengaruh terhadap
keadaan iklim yang sangat menguntungkan, seperti cukup mendapat air hujan, cukup
memperoleh cahaya matahari sepanjang tahun, dan angin yang bertiup rata-rata
berkecepatan sedang. Suhu udara pun tidak terlalu rendah dan tidak terlalu
tinggi. Suhu udara rata-rata di Indonesia sebesar 26ºC menyebabkan beberapa hal
berikut ini :
Terjadinya hujan zenithal, yaitu hujan yang disebabkan oleh naiknya udara yang mengandung uap air ke angkasa secara tegak. Selanjutnya, mengalami kondensasi karena pendinginan temperatur akhirnya turun menjadi hujan. Naiknya udara tersebut karena adanya pemanasan di atas permukaan bumi sehingga udara membumbung ke atas.
Batu-batuan lebih cepat melapuk.
Adanya berbagai macam tumbuhan dan hewan yang
hidup di daerah tropis.
Adanya sikap tertentu dari penduduk untuk
menghadapi suhu udara tropis seperti
tecermin pada perumahan, pakaian, dan mata pencaharian.
Banyaknya pulau di Indonesia akan menjadi kekuatan dan kesempatan, jika
pulau-pulau yang sebagian besar merupakan kepulauan yang subur dan kaya akan
hasil-hasil bumi dan tambang, dapat diolah dangan prinsip dari, oleh dan untuk
masyarakat banyak.
Di pihak
lain, banyak dan luasnya pulau menuntut suatu bentuk perencanaan dan strategi
pembangunan yang cocok dengan keadaan geografis Indonesia tersebut. Strategi
berwawasan ruang yang diterapkan pemerintah tampaknya sudah cukup tepat untuk
mengatasi masalah ini.
Dengan berbagai macam keuntungan dan
manfaat dari letak geografis Indonesia baik itu dari sisi budaya, ekonomi,
iklim dan sosial, hal tersebut dapat menjadi suatu alasan Negara Kesatuan
Republik Indonesia masih utuh hingga sekarang. Kita sebagai penerus bangsa
harus tahu potensi potensi dari letak geografis NKRI agar dapat memajukan
bangsa Indonesia ke puncak dunia.
Faktor HANKAM
kita tahu bahwa keutuhan suatu negara tidak akan lepas dari yang namanmya pertahanan dan keamanan dari suatu negara tersebut, dengan begitu hal ini bisa dibilang hal yang mempunyai andil besar dalam mempertahankan keutuhan suatu negaral,
Namun partisipasi warga negara atau masyarakat sebagai bagian dari sistem pertahanan dan keamanan belum dapat diterapkan atau berjalan dengan baik, sehingga pelaksanaan fungsi pertahanan dan keamanan belum sepenuhnya mengintegrasikan peran serta atau partisipasi masyarakat. Sebagaimana tujuan sistem pertahanan dan keamanan negara, masyarakat dapat berperan serta ikut menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan dari ancaman. Ancaman tersebut bersifat militer dan non-militer, bersifat internal maupun eksternal, fisik dan non-fisik serta berifat multi- dimensional, meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya.
Sumber :
http://billizard-911.blogspot.com/2015/04/faktor-yang-mempengaruhi-keutuhan-nkri.html
http://okiherdianblog.blogspot.com/2015/04/faktor-yang-bisa-mempengaruhi-keutuhuan.html
Faktor HANKAM
kita tahu bahwa keutuhan suatu negara tidak akan lepas dari yang namanmya pertahanan dan keamanan dari suatu negara tersebut, dengan begitu hal ini bisa dibilang hal yang mempunyai andil besar dalam mempertahankan keutuhan suatu negaral,
Lalu apa sih masalahnya ?
Masalah yang paling penting adalah bukan masalah dari pihak luar, tapi dari
sisi negara kita terlebih dahulu , kita akan coba membahas disini apa saja
permasalahan yang ada pada sisi HANKAM NKRI
Pembangunan di bidang pertahanan dan keamanan
telah menunjukkan kemajuan meskipun masih mengandung kelemahan. Kepercayaan
masyarakat terhadap aparatur Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Polri) masih cenderung lemah, antara lain, karena
digunakan sebagai alat kekuasaan pada masa lalu; rasa aman dan ketenteraman
masyarakat berkurang; meningkatnya gangguan keamanan dan ketertiban; serta
terjadinya kerusuhan massal dan berbagai pelanggaran hukum serta pelanggaran
hak asasi manusia.
Kurang mantapnya formulasi dan persepsi
peran TNI pada masa lalu dalam menghadapi ancaman yang datang dari luar negeri
menyebabkan terjadinya penonjolan peran Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
sebagai kekuatan sosial politik yang berimplikasi pada melemahnya peran TNI
sebagai kekuatan pertahanan dan menurunnya tingkat profesionalitas TNI sehingga
kemampuan nyata menjadi rendah efek penangkalan sangat lemah dan timpangnya
komposisi pengembangan kekuatan personil TNI serta alat utama sistem senjata
(alutsista) TNI dikaitkan dengan konfigurasi geostrategis wilayah Indonesia.
Keterlibatan TNI yang terlalu jauh dalam tugas-tugas keamanan dalam negeri
serta keamanan dan ketertiban masyarakat berakibat pada terdistorsinya peran
dan fungsi Polri sehingga berakibat kurang menguntungkan bagi profesionalitas
Polri dalam menyelesaikan persoalan-persoalan kriminal serta berkurangnya
jaminan rasa keamanan dan ketenteraman masyarakat.
Sistem pertahanan dan keamanan Indonesia
mengalami transformasi yang cukup substansial. TNI sebagai kekuatan inti dalam
sistem pertahanan negara dan Polri sebagai kekuatan fungsi keamanan dan
ketertiban masyarakat mengalami perubahan paradigma secara mendasar. TNI dan
Polri tidak lagi melaksanakan dwifungsi (fungsi pertahanan keamanan dan fungsi
sosial politik) sehingga tidak lagi terlibat politik praktis. Untuk mencapai
tujuan dari perubahan sistem pertahanan negara dan keamanan negara yang
menganut dwifungsi menjadi sistem pertahanan dan keamanan negara yang
profesional, pelaksanaannya dijabarkan dalam dua bagian, yaitu pertahanan dan
keamanan. Pemisahan masalah-masalah pertahanan dan keamanan dilakukan agar
terpetakan secara jelas tugas, tanggung jawab, dan fungsi masing-masing
institusi yang terlibat di dalamnya.
Pembangunan bidang pertahanan dan
keamanan masih dihadapkan pada permasalahan yang cukup berat terutama dalam hal
pemulihan kredibilitas serta citra baik TNI dan Polri, baik di dalam maupun di
luar negeri. Sebagai institusi pertahanan negara, TNI harus mampu menjangkau
seluruh luas wilayah kepulauan Indonesia dengan kondisi geostrategis yang
berat. Padahal, kuantitas maupun kualitas personil maupun alat utama dan sistem
senjata TNI sangat tidak memadai, sedangkan Polri sebagai penegak hukum yang
berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, harus mampu
menegakkan hukum, memberikan pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat. Dengan
menjalankan peran dan fungsinya dengan baik, diharapkan TNI sebagai kekuatan
inti pertahanan negara dan Polri sebagai pelaksana inti penegak hukum mampu
berperanan utama dalam menjaga persatuan dan kesatuan.
Permasalahan yang dihadapi dalam
pembangunan bidang pertahanan dan keamanan relatif hampir sama dari tahun ke
tahun, meskipun dengan tingkatan yang berbeda-beda. Di samping permasalahan
yang sifatnya sistemik dalam arti sangat mendasar serta memerlukan waktu dan
sumber daya yang sangat besar untuk memecahkannya, terdapat juga permasalahan
yang sifatnya insidental yang relatif dapat segera diatasi. Beberapa
permasalahan yang berhasil dirumuskan diantaranya adalah :
a. Belum Selarasnya
Landasan Hukum Strategi Hankam
Makin variatifnya potensi ancaman
keamanan, maka menuntut diperlukannya pengelolaan keamanan nasional secara
lebih integratif, efektif, dan efisien, diantaranya dengan peningkatan
kemampuan dan peran lembaga-lembaga keamanan. Belum tuntas dan masih terbatasnya
kerja sama antar institusi menjadikan pentingnya sebuah kerangka kebijakan yang
mampu mengintegrasikan berbagai kebijakan pertahanan dan keamanan nasional yang
sudah ada. Kerangka kebijakan tersebut bersifat memayungi berbagai kebijakan
pertahanan dan keamanan yang telah ada sebelumnya dan tidak bertentangan dengan
perundang-undangan diatasnya.
b. Terbatasnya Sumber
Daya Pertahanan dan Keamanan
Permasalahan yang dihadapi dalam
pembangunan bidang pertahanan dan keamanan relatif hampir sama dari tahun ke
tahun, meskipun dengan tingkatan yang berbeda-beda. Di samping permasalahan
yang sifatnya sistemik dalam arti sangat mendasar serta memerlukan waktu dan
sumber daya yang sangat besar untuk memecahkannya, terdapat juga permasalahan
yang sifatnya insidental yang relatif dapat segera diatasi.
Beberapa permasalahan yang berhasil
dirumuskan diantaranya adalah kesenjangan postur dan pertahanan negara;
penurunan efek penggentar pertahanan yang diakibatkan ketertinggalan teknologi
dan usia teknis yang tua; wilayah perbatasan dan pulau terdepan (terluar) yang
masih rawan dan berpotensi untuk terjadinya pelanggaran batas wilayah dan
gangguan keamanan, sumbangan industri pertahanan yang belum optimal, gangguan
keamanan dan pelanggaran hukum di wilayah yurisdiksi NKRI, keamanan dan
keselamatan pelayaran di Selat Malaka dan ALKI, terorisme yang masih memerlukan
kewaspadaan yang tinggi; intensitas kejahatan yang tetap tinggi dan semakin
bervariasi, tren kejahatan serius (serious crime) yang semakin meningkat dan
bersifat seperti gunung es, keselamatan masyarakat yang semakin menuntut
perhatian, penanganan dan penyelesaian perkara yang belum menyeluruh, kesenjangan kepercayaan masyarakat terhadap polisi, penyalahgunaan dan
peredaran gelap narkoba, keamanan informasi negara yang masih lemah, deteksi
dini yang masih belum memadai; serta kesenjangan kapasitas lembaga penyusun
kebijakan pertahanan dan keamanan negara.
Efek penggentar (detterent effect)
yang salah satu ukurannya adalah kepemilikan alutsista, baik secara kuantitas
maupun kualitas (teknologi), merupakan permasalahan yang dihadapi oleh TNI yang
tidak kunjung terselesaikan. Efek penggentar TNI AD yang dicerminkan dari
munisi dan kendaraan tempur, helikopter, dan alat angkut air jumlahnya terbatas
dengan usia teknis relatif tua dengan rata-rata kesiapan 60—65 persen. Efek
penggentar TNI AL yang dicerminkan oleh kapal Republik Indonesia (KRI), pesawat
patroli, dan kendaraan tempur marinir, selain jumlahnya yang terbatas dan usia
pakai yang relatif tua dengan kesiapan antara 33–65 persen akan menghadapi
kesulitan penggantian dan pengembangan alutsistanya.
Sementara itu, efek penggentar TNI AU yang dicerminkan oleh pesawat tempur,
pesawat angkut, pesawat heli, pesawat latih, dan radar, selain dihadapkan pada
rendahnya tingkat kesiapan terbang (bukan kesiapan tempur) yang hanya 38,15–75
persen, juga dihadapkan pada jumlah pesawat kedaluwarsa yang jumlahnya cukup
signifikan. Apabila dibandingkan dengan alutsista negaranegara kawasan Asia
Tenggara, alutsista TNI relatif masih lebih banyak jumlahnya. Namun, rendahnya
kemampuan melakukan upaya modernisasi dibandingkan dengan negara seperti
Malaysia dan Singapura, menyebabkan alutsista TNI dalam beberapa hal kurang
menimbulkan efek penggentar bagi militer asing.
Belum tercapainya postur pertahanan pada
skala minimum essential force berpengaruh secara signifikan terhadap pertahanan
negara. Kesiapan kekuatan ketiga matra yang rata-rata baru mencapai 64,68
persen dari yang dibutuhkan pada saat ini merupakan risiko bagi upaya pertahanan
negara yang sampai saat ini masih sering menghadapi berbagai tantangan,
terutama pelanggaran wilayah perbatasan darat, penerbangan gelap pesawat
militer atau pesawat nonmiliter asing, atau upaya-upaya penguasaan pulau-pulau
kecil terluar oleh negara lain.
c. Masih Rendahnya
Partisipasi Masyarakat dalam Sistem Hankam
Pelaksanaan fungsi pertahanan negara
merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa dan negara. Tentara Nasional
Indonesia (TNI) merupakan komponen utama yang didukung oleh komponen cadangan dan
komponen pendukung. Komponen cadangan adalah warga negara, sumber daya alam,
sumber daya buatan, serta sarana dan prasarana nasional. Sedangkan dalam
pelaksanaan fungsi keamanan, masyarakat dapat berpartisipasi dalam pencegahan
tindak kejahatan dan pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat.
Namun partisipasi warga negara atau masyarakat sebagai bagian dari sistem pertahanan dan keamanan belum dapat diterapkan atau berjalan dengan baik, sehingga pelaksanaan fungsi pertahanan dan keamanan belum sepenuhnya mengintegrasikan peran serta atau partisipasi masyarakat. Sebagaimana tujuan sistem pertahanan dan keamanan negara, masyarakat dapat berperan serta ikut menjaga dan melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan dari ancaman. Ancaman tersebut bersifat militer dan non-militer, bersifat internal maupun eksternal, fisik dan non-fisik serta berifat multi- dimensional, meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya.
Sumber :
http://billizard-911.blogspot.com/2015/04/faktor-yang-mempengaruhi-keutuhan-nkri.html
http://okiherdianblog.blogspot.com/2015/04/faktor-yang-bisa-mempengaruhi-keutuhuan.html
Komentar
Posting Komentar